Selasa, 29 April 2008

KUALIFIKASI KEPEMIMPINAN



Di setiap instansi/lembaga atau organisasi, selalu ditetapkan kualifikasi pemimpin yang dikehendaki oleh lembaga atau organisasi tersebut.


1. Kepemimpinan Militer

Angkatan Darat AS misalnya, menetapkan kualifikasi pemimpin militer sebagai berikut: yakin, berani, berintegritas, pengambil keputusan, adil, tabah, taktis, berinisiatif, tenang, dewasa, berkembang, berkemauan keras, assertiveness, candor, punya rasa humor tinggi, berkompeten, berkomitmen, kreatif, disiplin tinggi, rendah hati, fleksibel, berbelas kasihan atau berempati.


2. Kepemimpinan Jawa

Dalam budaya Jawa dikenal beberapa istilah penting berkaitan dengan kualifikasi kepemimpinan.

(a) Ngandel (percaya pada diri sendiri)

(b) Kendel (berani dan tabah)

(c) Bandel (berdaya tahan besar, ulet dan tahan uji)

(d) Kandel (dapat mengatasi segala kesulitan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tidak terkalahkan)

Seorang pemimpin juga haruslah seorang yang tetep (konsisten), mantep (konsekuen), dan antep (berbobot, bermutu, dan digdaya).

Ki Hadjar Dewantara menggunakan istilah singkat "neng, ning, nung, nang" yang berarti meneng (tentram dan damai), bening (jernih dan murni), hanung (memiliki kemampuan), dan menang (mampu berdiri tetap).

Sedangkan dari dunia pewayangan dikenal adanya istilah Hasta Brata (Delapan Sifat Pemimpin), yaitu seperti:

(a) tanah (pemurah dan penuh belas kasihan),

(b) air (sederhana dan mau turun ke bawah),

(c) angin (mampu merembes ke mana‑mana),

(d) laut (lapang dada, mau menerima pendapat orang lain),

(e) bulan (menambah ilmu pengetahuan sehingga mampu memberikan penerangan),

(f) matahari (memberi dorongan kekuatan dan pertolongan),

(g) bintang (menjadi penuntun dan panutan)

(h) api (memegang prinsip keadilan)


3. Kepemimpinan Indonesiawi

Selanjutnya dari nilai‑nilai kebudayaan yang mendalam itu dikembangkan pula kualifikasi kepemimpinan yang khas Indonesia, yang dikenal dengan "Sebelas Asas Kepemimpinan Pancasila".

(a) Taqwa ‑ beriman kepada Tuhan yang Maha Esa dan taat kepada‑Nya

(b) Hing Ngarso Sung Tulodo ‑ mampu menjadi teladan

(c) Hing Madyo Mangun Karso ‑ membangun semangat dan ketabahan

(d) Tut Wuri Handayani ‑ mempengaruhi dan memberikan dorongan dari belakang

(e) Waspodo Purbowaseso ‑ selalu waspada mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi

(f) Ambeg Paramarta ‑ dapat menetapkan skala prioritas

(g) Prasojo - sederhana

(h) Satya ‑ mempunyai sikap loyal

(i) Gemi Nastiti ‑ hemat ‑ "sak butuhe, sak perlune, sak cukupe, sak mestine, sak benere, sak kepenake"

(j) Beloko ‑ terus terang

(k) Legawa ‑ siap untuk proses regenerasi

4. Kualifikasi Kepemimpinan Rohani

Dennis McCallum mengungkapkan dalam situs internetnya tentang apa yang disebut dengan "Pemimpin Rohani" sebagai berikut:

4.1. Seorang Visioner

Banyak pemimpin terbaik memimpin dengan visi. Mereka memperoleh gagasan dan membagikannya kepada yang lain, dengan penuh harapan sambil berinteraksi dengan Allah. Kadang kala gagasan itu merupakan gambaran mental dari suatu masa depan yang mungkin yang didasarkan pada prinsip‑prinsip Alkitab dan digabung dengan imajinasinya. Gagasan inilah yang menggairahkan mereka dan mengisinya dengan hasrat yang membara.

Mereka ingin orang lain melihat apa yang mereka lihat dan menyatakan betapa pentingnya gagasan itu. Seorang pemimpin tidak selalu mengembangkan suatu visi yang baru dan unik, tetapi bisa mengambil dari visi orang lain. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemimpin yang terbaik tidak selalu merupakan orang yang paling kreatif dalam kelompoknya, meskipun memang kenyataannya kreatif mereka berada di atas rata‑rata.

Apakah visi seorang pemimpin itu asli atau dari orang lain tidaklah begitu penting. Pemimpin yang baik menggunakan banyak cara untuk mengkomunikasikan visi mereka, menggandeng gambaran masa depan dengan realitas masa lalu, dengan menunjukkan bahwa gagasan itu lebih baik dari pada tidak bertindak apa‑apa (status quo). Mereka dapat menjelaskan apa yang terutama dalam visi itu sehingga mereka rela menderita karenanya.

4.2. Seorang Pembelajar

Dalam konteks Kristiani, para pemimpin adalah mereka yang menyisihkan waktu untuk merenungkan pelbagai hal tentang kepemimpinan mereka. Banyak pemimpin besar dalam sejarah Kristiani adalah pembelajar (misalnya Martin Luther, John Calvin, John Wesley, Jonathan Edwards, dll.) Secara umum orang tertarik kepada mereka yang tahu tentang apa yang mereka katakan karena kedalaman pemahaman mereka. Demikian pula, suatu perkara yang telah dipertimbangkan dengan baik ‑ bukan hanya dari sudut pandang apa yang akan memberikan hasil pragmatis, melainkan juga dari sudut pandang implikasi teologis dan keseimbangan menyeluruh teologis dan alkitabiah ‑ biasanya (walaupun tidak selalu) lebih persuasif. Orang Kristen mencari, bukan pemimpin yang dapat menangani urusan mereka sendiri, melainkan mereka yang tahu dan dapat menangani urusan Allah.

Para pemimpin memperoleh kekuatan dan stabilitas dari dalam dari kenyataan bahwa mereka telah merefleksikan pelbagai pengalaman yang panjang dan keras dalam kehidupan pribadi, bergereja, pemahaman Alkitabnya, dan diyakinkan tentang apa yang Allah inginkan.

4.3. Seorang Pemberi Pengaruh

Seseorang disebut pemimpin jika ia mempengaruhi orang lain, baik ke arah yang baik maupun buruk. Kita memimpin orang lain ketika kita menyebabkan mereka mengubah sikap atau perilaku mereka, baik karena mereka melihat keteladanan kita dan mengakuinya, atau karena kita membujuk dengan kata‑kata untuk berubah.

Refleksi yang cermat di hadapan Allah tentang apa yang perlu diubah dari orang‑orang itu, membawa kepada suatu kemampuan besar untuk bisa membujuk. Penerapan dalam persuasi/bujukan dan pembelajaran untuk menunjukkan kepada orang lain tentang apa yang harus mereka raih melalui perubahan merupakan ketrampilan dasar kepemimpinan.


4.4. Seorang Pembangkit Semangat

Biasanya para pemimpin tidak menyarankan sesuatu yang baru atau berbeda dari apa yang telah dilakukan orang lain, tetapi mereka memberikan suatu rasa urgensi, kegairahan, atau semangat terhadap aktifitas itu. Semangat dan kegairahan pemimpin itu sendiri menjadi menular. Orang‑orang dibuat menjadi orang‑orang yang penuh semangat dan penuh gairah ketika mereka sendiri mencari semangat dan kegairahan dalam hidup mereka. Jika kita belajar untuk memperoleh semangat dan kegairahan dalam pikiran kita, kepemimpinan dipastikan menyatakan hal itu dan hasilnya orang-orang juga terpengaruh.

4.5. Seorang Pembangun Tim

Banyak pemimpin efektif dalam membawa orang lain bersama di suatu tim. Biasanya ini merupakan perbedaan antara para pemimpin dengan mereka yang juga mempunyai gagasan yang baik, tetapi tak pernah mempunyai dampak terhadap Tubuh Kristus.

Membawa banyak orang bersama dan menolong mereka mengatasi hambatan pemahaman, ketidaksenangan pribadi, iri hati, dan praduga merupakan pekerjaan utama seorang pemimpin.

Pemimpin yang baik biasanya berkaitan dengan manajemen konflik dengan hasil penuh damai. Mereka yang mencoba menangani konflik antara orang lain tetapi berhenti mengipasi nyala api konflik atau secara konsisten menyangkal kelompok yang satu atau yang lain dalam konflik, biasanya tidak dapat bertahan lama sebagai pemimpin. Cara lain untuk melihat pembangunan tim adalah bahwa pemimpin adalah seorang pembentuk konsensus atau kesepakatan. Ia mampu menarik lebih dari satu orang untuk setuju tentang nilai‑nilai atau arah gerakan tertentu.

4.6. Seorang Yang Rela Menderita

Seorang yang memimpin selalu menderita, sama seperti yang lain, dan kadang lebih dari orang lain. Perbedaannya adalah bahwa para pemimpin dapat menderita dengan anugerah dan bahkan dengan penuh ucapan syukur. Mereka tetap berfokus dan berfungsi selama masa penderitaan dan tidak kehilangan keyakinan dalam prinsip sebanyak yang orang lain bisa lakukan.

Para pemimpin tahu bagaimana menghindari hanya berfokus pada penderitaan mereka sendiri sekalipun dalam masa yang sulit. Mereka tetap dapat berkonsentrasi secara rohani sepanjang masa itu. Orang mengakui heroisme dari mereka yang mau menderita tanpa kehilangan keyakinan mereka kepada Allah atau komitmen mereka kepada yang lain. Mereka akan tercengang sejenak bagaimana memperoleh kemampuan semacam itu bagi diri mereka sendiri dan menjadi berniat mengikuti sang pemimpin. Para pemimpin yang kehilangan kesabaran terlalu sering atau terlalu lengkap ketika penderitaan berlangsung biasanya mempengaruhi orang yang mereka pimpin.


4.7. Seorang Pejuang

Para pemimpin harus memerangi kecenderungan negatif atau keyakinan yang keliru yang berkembang di dalam kelompoknya. Pemimpin yang baik dengan cermat merenungkan di hadapan Allah tentang faktor apa saja yang mendorong kecenderungan atau pandangan negatif di kalangan para sahabatnya tersebut; dan mengurangi sikap‑sikap kontra‑produktif. Para pemimpin tahu bahwa Setan melancarkan serangan atas kehidupan kelompok Kristiani yang menghasilkan buah. Dari sini dapat disimpulkan beberapa hal penting :

(a) Para individu dalam kelompok bukan sumber pikiran dan tindakan yang keliru sebab "kita bukan berperang melawan darah dan daging" (Efs. 6:12). Oleh sebab itu para ahli propaganda yang keliru sekalipun, dapat dan sering ditolong dan diselamatkan dari kebodohan mereka sendiri. Carilah pemimpin yang baik yang bisa bekerja sama dengan mereka yang dulunya hidup dalam dosa di masa lalu dan yang sebelumnya menentang mereka. Tentu saja pemimpin terbaik pun akan kehilangan mereka yang tetap hidup di dalam dosa, dan pemimpin yang baik akan rela mengalami kehilangan semacam itu dari pada bersikap lunak atas standar Allah.

(b) Dengan mengantisipasi serangan rohani, membawa kita pada kewaspadaan dan kehati‑hatian (1 Pet. 5:8). Para pemimpin tidak selalu merupakan orang pertama yang mengenali adanya masalah, tetapi mereka memperhatikan masalah itu.

(c) Para pemimpin tahu bahwa mereka harus bertempur dalam doa dan membawa rekan lainnya untuk dekat dengan Tuhan (Roma 15:30).

4.8. Seorang Penolong dan Pemberi ‑ Neh. 5:l8b

Yesus mengajarkan bahwa seorang pemimpin rohani adalah seorang pelayan (Mark. 10:43,44). Orang akan tertarik kepada mereka yang melayani mereka dan menolong mereka di masa lalu, dan akan selalu mengikuti nasihatnya. Pemimpin tidak akan pernah merasa mereka mampu memenuhi seluruh kebutuhan dalam gereja, tetapi dengan teratur rela melayani dan memberikan yang terbaik. Orang akan menghindari mereka yang hanya berada di awan‑awan dan menganggap diri terlalu penting untuk pekerjaan biasa. Pemimpin yang semacam itu mengabaikan pengaruh.

4.9. Seorang Yang Berintegritas ‑ Yoh. 6:66, 69

Secara teratur ada pemimpin yang dipacu oleh lingkungan, oleh Setan, dan oleh bawahannya sendiri. Semua pemimpin yang baik menyatakan bahwa mereka dapat mengatasi itu semua tanpa kehilangan tujuan. Orang tertarik kepada karakter yang kuat, dan cenderung percaya kepada apa yang dikuatkan orang yang kuat. Meskipun mereka bersimpati dengan mereka yang lemah, tetapi tidak akan pernah mengikutinya. Ini bukan berarti para pemimpin harus menghindari penderitaan, tetapi justru di tengah penderitaan tetap memiliki integritas. Bahkan sekali pun tak ada seorang pun yang mau mengikutinya, ia tetap mengarah pada tujuan yang benar dan hidup bagi Allah.

Pemimpin yang baik tidak takut ditolak oleh pengikutnya karena ia menekankan kepada apa yang benar, bukan kepada ada tidaknya pengikut. Yesus mengajarkan bahwa Gembala Yang Baik "berjalan di depan mereka" yang berarti bahwa sang gembala, menetapkan sesuatu dulu baru diikuti oleh domba‑dombanya. Ketika orang tahu bahwa sang pemimpin lebih mencari pengikut dari pada melakukan apa yang Allah inginkan, mereka menjadi sinis. Bahkan mereka akan menguji pemimpin mereka dengan tidak mengikuti mereka. Hanya jika mereka melihat bahwa sang pemimpin tidak bisa dimanipulasi, barulah mereka memilih untuk mengikutinya.

4.10. Seorang yang Stabil

Pemimpin yang baik pada umumnya stabil selama bertahun‑tahun. Pemimpin yang buruk secara periodik berpaling secara radikal ke arah yang ber­beda, sementara pemimpin yang baik berpijak teguh pada nilai dan keyakinan utamanya. Inovasi mengambil bentuk penemuan cara‑cara baru dan berbeda untuk mencapai tujuan lama yang tak berubah selama puluhan tahun dalam kehidupan pemimpin. Bentuk umum ketidakstabilan lainnya adalah penghen­tian dari pekerjaan. Pemimpin yang tak stabil meninggalkan pekerjaan karena pelbagai alasan, sedangkan pemimpin yang baik tetap setia dari waktu ke waktu. Banyak yang pada awalnya menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang alami tetapi berakhir menjadi pemimpin yang buruk karena beberapa kesalahan dalam hidupnya, sementara yang lain yang pada mulanya nampak biasa tetapi berakhir dengan menjadi pemimpin yang dihormati dan efektif karena fokus mereka pada prinsip rohani yang paling mendasar.

Pada saat krisis, orang cenderung jatuh dan panik, dan kadang menghasilkan penyelesaian radikal yang bersifat menghancurkan. Pemimpin yang baik adalah mereka yang tetap tegak di masa krisis dan kokoh, pada dasar kebenaran. Orang tertarik pada kestabilan dan reliabilitas, yang dengan benar dapat menyatakan bahwa reliabilitas semacam itu merupakan hasil visi yang jelas akan jalan Tuhan.

4.11. Seorang Yang Mampu Bertenggang‑rasa

Ironisnya, pemimpin yang baik juga adalah seorang yang bisa bertenggang‑rasa. Kemantapan dan kegigihan itu penting, tetapi perfeksionisme itu bertentangan dengan kepemimpinan yang efektif. Kita hidup dalam dunia yang berdosa dimana visi kita tidak pernah benar‑benar terpenuhi, Orang tak pernah berhenti melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, dan kehidupan selalu memberikan kepada kita hal‑hal yang tak diharapkan. Hasilnya, para pemimpin menyadari bahwa mereka harus sedapat mungkin mencapai yang terbaik, tetapi tidak mengharapkan kesempurnaan atau kesepakatan yang tuntas.

Pemimpin yang bijaksana sadar bahwa semakin mereka dekat dengan tujuan, makin baik, dan adanya sedikit gerakan lebih baik dari pada tidak ada gerakan sama sekali. Mereka juga menyadari bahwa seorang pengikut bisa, sangat sedikit atau punya pandangan yang berbeda, bahkan pada hal‑hal yang amat penting. Para pemimpin juga menyadari bahwa mereka harus memprioritaskan tujuan dan merasa baik ketika tujuan utama tetap dipegang sementara tujuan yang kurang utama tidak. Para pemimpin yang gagal meletakkan prioritas, atau mereka yang perfeksionis, menghadapi bahaya menghancurkan diri mereka sendiri dan orang yang ada di sekitarnya. Mereka buruk dalam membangun tim, dan tidak dapat bernegosiasi secara efektif. Pada akhirnya, mereka selalu akan kehilangan pengikut.

4.12. Seorang yang Membangun Semangat

Memang bisa memimpin tanpa membangun semangat, tetapi pemimpin yang baik menggunakan sarana rohani yang penting ini. Alkitab mengajarkan agar kita saling membangun, dan pemimpin harus menunjukkan hal ini (1 Tes. 5:11). Para pemimpin adalah mereka yang dapat membangun semangat dan memulihkan kepercayaan dan antusiasme kelompok orang yang patah hati dan depresi. Pemimpin yang baik secara tetap mengingatkan orang akan nilai mereka, akan kasih Allah, akan janji Firman Tuhan, dan bahwa kegagalan bukan berarti kiamat. Karena para pengikut sering kali gagal, peran pembangun semangat, yang secara eksklusif tidak dimiliki pemimpin, sangat penting bagi kemampuan pemimpin untuk menjaga moral. Penguatan yang datang dari seorang pemimpin memberikan dampak yang lebih dibandingkan yang datang dari orang lain.

petrus f. setiadarma


2 komentar:

vjmaholtra mengatakan...

Hi…



Ada info penting banget nih.. Tahun ini Jawaban.Com kembali mengadakan event gede-gedean untuk Para Bloger Kristen, yaitu Christian Indonesian Blogger Festival 2009 (CIBfest 2009). CIBfest kali ini bertema "Menjadi Jawaban Melalui Kreativitas Yang Berdampak". Ada hadiah berupa uang tunai Rp. 15 Juta Rupiah untuk 3 orang pemenang.Pastikan kamu ikutan juga Writing Competitionnya, siapa tahu hasil tulisan kamu terpilih untuk dibukukan! Yupz, Jawaban.Com bekerjasama dengan PT. Elex Media Komputindo akan menerbitkan buku kumpulan karya finalis CIBfest. Kamu ingin ikut terlibat dalam event ini? Caranya gampang dan Gratis!!! Ayo buruan daftar!! Pendaftaran terakhir tgl 30 Agustus 2009 loh.. Jadi log on langsung ke www.cibfest.jawaban.com



Di tunggu yaaa….. God Bless…

zoecaesar mengatakan...

Kalau kualifikasi ini dianggap sebagai tolak ukur seorang pemimpin... mungkin hanya mereka yang dilahirkan memang menjadi pemimpin memenuhi semua kriteria tersebut...

pertanyaan saya, apakah pemimpin juga bisa dibangun?
1. How ?
2. How Long ?

thx