Senin, 07 April 2008

MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN

1. Model-model Kepemimpinan

Dengan mengenal model-model kepemimpinan, akan makin mudah dimengerti apa yang membuat para pemimpin bertindak dengan cara yang mereka lakukan pada situasi tertentu. Dengan mempelajari bagian ini tidak dimaksudkan untuk mengunci diri kita pada jenis model kepemimpinan tertentu, melainkan untuk menyatakan bahwa dalam setiap situasi tertentu perlu diambil suatu pendekatan yang khas. Terdapat begitu banyak model kepemimpinan, beberapa di antaranya dibahas sebagai berikut ini.


1.1. Model Dasar Kepemimpinan

OTOKRATIS

PARTISIPATIF

DEMOKRATIS

LAISSEZ-FAIRE

Pemimpin menga-

takan pada bawah-an apa yang harus

dilakukan

Pemimpin meng-

ijinkan dan meng-harapkan partisi-pasi bawahan

Pemimpin mencari aturan mayoritas dari bawahan

Pemimpin membiar-kan anggota kelom-pok membuat semua keputusan

Pekerja Teori

X McGregor

Pekerja Teori Y McGregor

Pekerja

Ahli-Spesialis

1.2. Model Pendekatan Ciri-ciri Kepemimpinan

Kepemimpinan dengan model pendekatan ciri-ciri ini menyatakan bahwa seorang pemimpin akan berhasil apabila ia memiliki ciri-ciri tertentu yang dipandang "memenuhi syarat" kepemimpinan, misalnya: bisa mensupervisi, ada keinginan untuk maju, memiliki IQ yang memadai, memiliki ketegasan, memiliki keyakinan, mampu berinisiatif.

Seorang pemimpin efektif memiliki 24 ciri, yaitu;

1. Memiliki pengetahuan yang luas

2. Mampu bertumbuh dan berkembang

3. Memiliki sifat yang inkuisitif (rasa ingin tahu)

4. Memiliki kemampuan analistis

5. Memiliki daya ingat yang kuat

6. Memiliki kapasitas integratif

7. Memiliki ketrampilan berkomunikasi secara efektif

8. Memiliki ketrampilan mendidik

9. Memiliki rasionalitas yang tinggi

10. Memiliki obyektifitas yang baik

11. Bersifat pragmatis (mau menerima kenyataan yang ada)

12. Memiliki kemampuan menentukan skala prioritas

13. Mampu membedakan yang urgen dan yang penting

14. Tepat waktu

15. Memiliki rasa kohesi yang tinggi (mampu menjaga dan memelihara kekompakan tim kerjanya)

16. Memiliki naluri relevansi yang tinggi

17. Mampu menjadi teladan

18. Bersedia menjadi pendengar yang baik

19. Memiliki adaptabilitas (tanggap terhadap perubahan yang terjadi dan mampu menyesuaikan diri) yang baik

20. Memiliki fleksibilitas (kelenturan) yang baik

21. Tegas

22. Berani

23. Berorientasi ke masa depan

24. Memiliki sikap yang antisipatif (bersifat proaktif)

3.2.1. Studi Universitas Iowa

Studi ini mengamati Sifat Kepemimpinan dari cara seseorang mengambil keputusan. Hasil dari studi ini mengelompokkan kepemimpinan ke dalam 3 (tiga) model: otoriter, demokratis, dan laizzes-faire.

3.2.2. Studi Universitas Ohio

Studi ini mengamati Sifat Kepemimpinan dari cara seseorang mempertimbangkan sesuatu dan berinistiatif melakukan sesuatu. Studi ini mengelompokkan kepemimpinan ke dalam 4 (tiga) model.


STRUKTUR INISIATIF

PERTIMBANGAN

Rendah

Tinggi

Tinggi

Pertimbangan tinggi

Struktur rendah

Pertimbangan tinggi

Struktur tinggi

Rendah

Pertimbangan rendah

Struktur rendah

Pertimbangan rendah

Struktur tinggi

Dari keempat model di atas, mulailah kepemimpinan di kaitkan dengan situasi dimana kepemimpinan itu berlangsung.

SITUASI

GAYA YANG SESUAI

Pekerjaan membutuhkan

interaksi terus-menerus

Pertimbangan Tinggi dan

Struktur Rendah

Pekerjaan sangat terkendala

oleh teknologi dan waktu

Pertimbangan Tinggi dan

Struktur Tinggi

Sedikit kontak dengan atasan

Pertimbangan Rendah dan

Struktur Rendah

Kelompok mengharapkan dan

menginginkan kelakuan otoriter

Pertimbangan Rendah dan

Struktur Tinggi

3.2.3. Pendekatan Empat Kerangka (Four Framework Approach)

Model ini dikemukakan oleh Lee Bolman dan T. Deal, yang menyatakan bahwa para pemimpin menunjukkan perilaku kepemimpinan dalam salah satu dari 4 (empat) kerangka berikut: Struktural, Sumber Daya Manusia (SDM), Politis, dan Simbolis. Efektifitas dari setiap kerangka bergantung dari situasi yang sedang dihadapi. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam bagan pada halaman berikut.

Pendekatan Empat Kerangka

Kerangka/

Frame

Situasi Kepemimpinan Efektif

Situasi Kepemimpinan Tidak Efektif

Fokus dan

Karakteristik


Status

Pemimpin

Gaya Kepe-

mimpinan

Status

Pemimpin

Gaya Kepe-

mimpinan

Struktural

Arsitek

Sosial

Analisa dan

Disain

Tiran /

Penguasa

mutlak

Detail / detail

Struktur strategi,

lingkungan,

implementasi,

eksperimentasi,

adaptasi

SDM

Katalisator

/ pelayan

Dukungan,

nasihat,

dan

penguatan

Pendorong

terbalik

Pelepasan

tanggung

jawab dan

kecurangan

Percaya pada

orang, bervisi,

mudah didekati,

menguatkan, me-

nambah, partisi-

pasi, dukungan,

menyampaikan

informasi, peng-

ambilan keputusan

dipindah ke bawah

Politis

Penasihat

Koalisi dan

bangunan

Sangat

Perkasa

Manipulasi

Penjelasan, distri-

busi kekuasaan

dan minat, mem-

bangun jaringan.

Persuasi, negosi-

asi, kekerasan

(bila perlu).

Simbolis

Nabi

Inspirasi

Fanatik

atau bodoh

Asap dan

cermin

Pemain panggung

utama, menemu-

kan dan membagi-

kan visi.

Model ini menyatakan bahwa para pemimpin dapat diletakkan ke dalam salah satu dari keempat kategori dan ada kalanya suatu pendekatan cocok namun di saat yang lain tidak cocok. Harus disadari keempat pendekatan itu seluruhnya, dan jangan hanya pada salah satu saja. Misalnya, ketika terjadi perubahan or Sanisasi besar-besaran, seorang Pemimpin Struktural lebih efektif dari pada seorang Pemimpin Visioner. Tetapi selama periode di mana pertumbuhan yang kuat harus terjadi, pendekatan visioner lebih cocok.

3.2.4. Studi Universitas Michigan; kisi-kisi Manajerial (Managerial Grid)

Pada tahun 1985, Robert R. Blake dan Jane S. Mouton mengemukakan model kepemimpinan yang disebut dengan Kisi-kisi Manajerial (Managerial Grid).

Kisi-kisi Manajerial memiliki 2 (dua) sumbu utama, yaitu Penekanan pada Orang sebagai sumbu tegak, dan Penekanan pada Tugas sebagai sumbu datar. Kedua sumbu mempunyai rentang angka 1 hingga 9. Diagram dua dimensi yang nampak pada halaman berikut menggambarkan sifat manajerial secara sederhana.

Sebagian besar orang berada di sekitar pusat kedua sumbu, yang disebut sebagai pemimpin tipe “middle of the road(E). Pemimpin dengan tipe ini menjaga keseimbangan antara kebutuhan hasil kerja dengan menjaga hubungan antarmanusia.

Tetapi kita juga sering menjumpai pemimpin yang berada pada posisi ekstrim, yaitu di ujung masing-masing sumbu, yang dapat dibagi menjadi 4 (empat) kategori dengan sifat-sifat berikut :

Tinggi

9

C








D

Text Box: Penekanan  pada  Orang8










7










6










5





E





4










3










2










Rendah

1

A








B

Rendah

1

2

3

4

5

6

7

Tinggi

8

9

Penekanan pada Tugas

A. Tipe Laissez-faire (1,1) - yaitu pemimpin yang tidak bisa menjalin hubungan baik dengan bawahan, dan juga tidak bisa berkomitmen dalam menyelesaikan tugas. Biasanya pemimpin semacam ini "mendelegasikan dan menghilang". Karena ia tidak berkomitmen untuk menyelesaikan tugas, maka ia mengijinkan anak buahnya melakukan apapun yang mereka kehendaki dan lebih suka menghindar dari proses pengambilan keputusan dalam tim dengan membiarkan timnya menyelesaikan pekerjaan itu sendiri.

B. Tipe Autocratic (9,1) - yaitu pemimpin yang berikap otoriter terhadap bawahannya. Pemimpin semacam ini sangat ketat dalam mengatur jadwal kerja, tidak mengijinkan bawahannya mempertanyakan atau mendiskusikan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan, ia cenderung mencari siapa yang salah ketimbang mencari apa dan bagaimana kesalahan itu terjadi. Ia tidak mengenal toleransi, dan menganggap remeh setiap masukan dari bawahannya, sehingga bawahannya tidak mau memberikan sumbangan pemikiran atau pengembangan, karena selalu dianggap remeh.

C. Tipe Country-Club (1,9) - yaitu pemimpin yang menggunakan upah untuk menegakkan disiplin dan untuk memotivasi tim dalam mencapai tujuan. Ia lebih mengutamakan hubungan dari pada hasil kerja. Ia kurang tegas dalam menegakkan disiplin karena takut merusak hubungan dalam tim.

D. Tipe Democratic/Tim (9,9) – yaitu pemimpin yang memimpin dengan contoh positif. Ia melibatkan seluruh timnya untuk mengungkapkan potensi mereka seluas-luasnya. Ia memotivasi tim untuk mencapai sasaran seefektif mungkin, dan bekerja tanpa kenal lelah untuk menguatkan ikatan di antara anggota tim.

E. Tipe Manajer Organisasi (5,5) – yaitu pemimpin yang memimpin dengan keseimbangan

Dari kelima tipe di atas, tentu seorang pemimpin rindu berada pada posisi (9,9), yaitu sebagai "The Team Leader". Namun keempat lainnya tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Untuk bawahan yang kurang termotivasi, digunakan pendekatan otoriter (9,1), sedangkan untuk meningkatkan ketahanan‑diri, bisa digunakan pendekatan Laissez‑faire (1,1). Jadi harus bersikap fleksibel dengan melihat situasi dan kondisi yang ada.

3.2.5. Teori Lintasan Tujuan Robert House

Robert House mengelompokkan kepemimpinan ke dalam 4 (empat) model, dikaitkan dengan bagaimana cara pemimpin berelasi dengan bawahannya, khususnya dalam mengambil keputusan. Keempat model itu adalah:

(1) Directive ‑ yaitu pemimpin yang memberikan arahan-arahan belaka.

(2) Supportive ‑ yaitu pemimpin yang memberikan dukungan-dukungan.

(3) Participative ‑ yaitu pemimpin yang ikut terlibat dalam pengambilan keputusan.

(4) Prestasi ‑ yaitu pemimpin yang mengutamakan hasil semaksimal mungkin dari keputusan yang diambil.

3.3. Model Pendekatan Situasi Kepemimpinan.

3.3.1. Teori Kontingensi Friedler

Friedler mengatakan bahwa keberhasilan pemimpin bergantung kepada 3 (tiga) hal penting, yaitu: hubungan pemimpin-bawahan, struktur tugas, dan posisi. Dalam teori ini terdapat 8 (delapan) kombinasi dari ketiga komponen tersebut.

KATEGORI

1

2

3

4

5

6

7

8

HUBUNGAN









PEMIMPIN-

Baik

Baik

Baik

Baik

Buruk

Buruk

Buruk

Buruk

ANGGOTA









STRUKTUR

Tinggi

Tinggi

Rendah

Rendah

Tinggi

Tinggi

Rendah

Rendah

TUGAS









KEKUATAN

Kuat

Lemah

Kuat

Lemah

Kuat

Lemah

Kuat

Lemah

POSIS1









GAYA KEPE-









MIMPINAN

Tugas

Tugas

Tugas

Relasi

Relasi

Relasi

Relasi

Tugas

EFEKTIF









3.3.2. Model Kepemimpinan Situasional

Pada tahun 1988, dalam bukunya, Management of Organizational Behavior, Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard mengemukakan Model Kepemimpinan Situasional. Di sini keberhasilan seorang pemimpin dilihat dari tiga dimensi:

(a) Perilaku tugas (task oriented) yang berbentuk bimbingan dan arahan;

(b) Perilaku hubungan (relationship oriented) yang berbentuk dukungan sosio-emosional;

(c) Kematangan para bawahan, yang menyangkut: kematangan kerja, able (kemampuan bekerja), dan willing (kemauan bekerja).

Dalam mengintegrasikan ketiga dimensi di atas, terdapat 4 (empat) kategori gaya kepemimpinan:

(1) Gaya Telling/Instructing ‑ dimana pemimpin memberitahukan apa yang harus dilakukan bawahan serinci mungkin (tingkat kematangan rendah)

(2) Gaya Selling/Coordinating ‑ dimana pemimpin menjajakan atau mengkoordinasi tugas‑tugas yang harus dilakukan bawahan (tingkat kematangan rendah‑sedang)

(3) Gaya Participating ‑ dimana pemimpin mengikutsertakan bawahan (tingkat kematangan sedang‑tinggi)

(4) Gaya Delegating ‑ dimana pemimpin mendelegasikan tugas‑tugas kepada bawahan (tingkat kematangan tinggi).

GAYA KEPEMIMPINAN






TINGGI





3

PERILAKU

HUBUNGAN



2


4

1












TINGGI









KEMATANGAN PENGIKUT

TINGGI

M4

SEDANG

RENDAH

M1

M3

M2

Mampu dan mau /

yakin

Mampu tapi tak

mau / tak

yakin

Tak mampu tapi mau

/ yakin

Tak mampu dan tak

mau / tak

yakin

Diarahkan Diarahkan

Pengikut Pemimpin

Di samping itu, dalam model ini terdapat 4 (empat) jenis keputusan:

(1) Keputusan gaya Telling/Instructing adalah keputusan yang dibuat oleh pemimpin.

(2) Keputusan gaya Selling/Coordinating adalah keputusan yang dibuat oleh pemimpin dengan dialog dan/atau penjelasan.

(3) Keputusan gaya Participating adalah keputusan yang dibuat oleh Pemimpin/Pengikut atau keputusan yang dibuat oleh Pengikut dengan penguatan dari Pemimpin.

(4) Keputusan gaya Delegating adalah keputusan yang dibuat oleh Pengikut.

Dengan demikian apabila suatu Perilaku Pemimpin digunakan berkaitan dengan tingkat kematangan yang sesuai, akan membentuk Pasangan Kemungkinan Tinggi. Berikut ini adalah beberapa kata kerja yang sangat berguna jika menggunakan Kepemimpinan Situasional untuk penerapan tertentu:

(1) S‑1 è Menceritakan, memimpin, mengarahkan, memantapkan

(2) S‑2 è Menjual, menjelaskan, mengklarifikasi, membujuk

(3) S‑3 è Melibatkan, menguatkan, mengkolaborasi, committing

(4) S‑4 è Mendelegasikan, mengamati, memonitor, memenuhi

Jadi, seorang pemimpin dalam Perilaku Tugasnya harus melakukan hal‑hal: menetapkan tujuan, mengorganisasikan, memantapkan jalur tugas, mengarahkan, dan mengawasi. Sedangkan dalam Perilaku Hubungannya, ia harus melakukan hal‑hal: memberikan dukungan, mengkomunikasikan, memfasilitasi terjadinya interaksi, mendengarkan dengan aktif, dan menerima feedback.




Tidak ada komentar: